Skip to main content

Blog ini DIJUAL!!. Khusus buyer serius, chat WhatsApp/WA klik DI SINI untuk harga dan info lebih lanjut. Terima Kasih.

×

Safari Termasuk Open Source atau Close Source? Ini Fakta yang Jarang Diketahui Pengguna

Safari Termasuk Open Source atau Close Source? Ini Fakta yang Jarang Diketahui Pengguna
Safari Termasuk Open Source atau Close Source? Ini Fakta yang Jarang Diketahui Pengguna

Pendahuluan

Browser Safari merupakan salah satu produk unggulan Apple yang menjadi default di perangkat macOS, iPhone, dan iPad. Namun, banyak pengguna masih belum tahu apakah Safari termasuk open source atau close source.

Faktanya, Safari memiliki arsitektur campuran: sebagian komponen bersifat open source, sementara sisanya tetap close source dan dikendalikan penuh oleh Apple. Artikel kali ini akan mengulas secara lengkap status open source Safari, teknologi yang digunakan, serta alasan di balik keputusan Apple mempertahankan model tertutup pada beberapa bagian penting.

1. Apa Itu Safari Browser?

Safari adalah browser web yang dikembangkan oleh Apple Inc. dan pertama kali dirilis pada Januari 2003 untuk macOS, kemudian hadir di iOS. Safari terkenal dengan performa cepat, integrasi yang dalam dengan ekosistem Apple, serta fokus tinggi pada privasi pengguna.

1.1 Sejarah Singkat Safari

Safari menggantikan Internet Explorer sebagai browser default di Mac OS X Panther pada 2003. Sejak saat itu, Safari berkembang menjadi salah satu browser paling populer di dunia, terutama karena hadir di semua perangkat Apple.

1.2 Tujuan Awal Pengembangan

Apple menciptakan Safari untuk mengontrol pengalaman browsing pengguna secara penuh dari kecepatan rendering halaman, efisiensi daya, hingga keamanan privasi sesuatu yang sulit dicapai bila bergantung pada browser pihak ketiga.

2. Konsep Open Source vs Close Source

Untuk memahami status Safari, kita perlu mengenal perbedaan antara open source dan close source.

2.1 Pengertian Open Source

Open source berarti kode sumber (source code) dari perangkat lunak dapat diakses, dimodifikasi, dan didistribusikan oleh siapa pun. Contoh: Firefox (Mozilla), Chromium, dan Linux Kernel.

2.2 Pengertian Close Source

Close source (proprietary) adalah kebalikannya: kode sumber dijaga ketat, hanya bisa diakses oleh pengembang resmi. Contoh: Microsoft Edge, Google Chrome (versi final), dan tentu saja sebagian besar komponen Safari.

3. Safari Berdasarkan WebKit: Komponen Open Source

Bagian paling menarik dari Safari adalah penggunaan mesin render WebKit, yang merupakan proyek open source.

3.1 Asal-Usul WebKit

WebKit merupakan turunan dari KHTML dan KJS, dua komponen dari browser Konqueror di sistem Linux KDE. Apple mengambil basis ini pada tahun 2002 dan mengembangkan WebKit Project sebagai mesin rendering untuk Safari.

3.2 Lisensi WebKit

WebKit dirilis dengan GNU Lesser General Public License (LGPL) dan BSD License, memungkinkan siapa pun mengunduh, memodifikasi, dan menggunakan kode sumbernya untuk proyek lain, selama mematuhi lisensi tersebut.

4. Bagian Safari yang Bersifat Open Source

Meskipun Safari secara keseluruhan proprietary, ada beberapa bagian yang terbuka untuk publik.

4.1 WebKit Engine

Mesin render utama yang menampilkan halaman web bersifat open source dan dapat ditemukan di repositori WebKit.org. Inilah alasan banyak browser lain seperti Google Chrome (sebelum beralih ke Blink) dan Samsung Internet sempat menggunakan WebKit sebagai basis.

4.2 JavaScriptCore

Safari juga menggunakan JavaScriptCore, mesin JavaScript open source yang digunakan untuk mengeksekusi kode JS di halaman web. Mesin ini juga digunakan di Node.js dan proyek open source lainnya.

5. Bagian Safari yang Bersifat Close Source

Namun, tidak semua bagian Safari dapat diakses publik. Apple masih menutup sebagian besar fitur dan interface-nya.

5.1 Antarmuka (UI/UX)

Desain, fitur antarmuka, dan integrasi sistem seperti iCloud Keychain, Reader Mode, dan Privacy Report sepenuhnya bersifat proprietary. Kode sumbernya tidak dipublikasikan.

5.2 Sistem Sinkronisasi dan Integrasi Apple

Safari terintegrasi dengan ekosistem Apple seperti Handoff, iCloud Tabs, dan App Sandboxing, yang hanya berfungsi di lingkungan Apple. Semua kode backend dan sistem autentikasi disimpan tertutup di server Apple.

6. Alasan Apple Tidak Membuka Seluruh Kode Safari

Mengapa Apple tidak menjadikan Safari sepenuhnya open source seperti Mozilla Firefox? Jawabannya terletak pada filosofi desain dan kontrol.

6.1 Filosofi Ekosistem Tertutup Apple

Apple selalu berfokus pada kontrol kualitas dan keamanan. Dengan menjaga Safari tetap close source, Apple memastikan tidak ada modifikasi eksternal yang berpotensi menurunkan performa atau melanggar privasi pengguna.

6.2 Keamanan dan Konsistensi

Browser open source rawan fork (turunan) yang mungkin tidak aman. Apple menghindari risiko itu agar Safari di semua perangkat memberikan pengalaman konsisten dan terlindungi dari manipulasi pihak ketiga.

7. WebKit vs Safari: Sering Disalahpahami

Banyak pengguna mengira Safari adalah WebKit. Padahal, Safari menggunakan WebKit, tetapi WebKit bukan Safari.

7.1 WebKit Adalah Mesin

WebKit hanyalah mesin render ibarat “mesin mobil” di dalam browser. Sedangkan Safari adalah “kendaraan utuh” lengkap dengan fitur tambahan, keamanan, dan desain antarmuka.

7.2 WebKit Digunakan Banyak Browser

Selain Safari, browser seperti Epiphany (GNOME Web), Midori, dan bahkan esensial awal Chrome juga menggunakan WebKit. Ini membuktikan sifat open source WebKit yang universal.

8. Perbandingan Safari dengan Browser Open Source Lain

Agar lebih jelas, berikut perbandingan singkat Safari dengan browser lain.

Aspek Safari Firefox Chromium
Mesin Render WebKit (open) + proprietary UI Gecko (open) Blink (open)
Status Kode Sumber Campuran (partially open) Open Source penuh Open Source (basis Chrome)
Lisensi BSD + proprietary MPL 2.0 BSD
Integrasi Ekosistem Apple-only Universal Google-centric
Privasi Tinggi (proprietary) Tinggi (transparan) Sedang

9. Dampak Model Close Source terhadap Pengembang

Model tertutup Apple memiliki dampak langsung terhadap pengembang web.

9.1 Keterbatasan Testing dan Debugging

Pengembang tidak dapat memodifikasi Safari untuk melakukan debugging tingkat sistem. Ini menyulitkan pengujian fitur web eksperimental.

9.2 Keterbatasan Browser Engine di iOS

Apple mewajibkan semua browser di iOS menggunakan engine WebKit, termasuk Chrome dan Firefox versi iPhone. Artinya, tidak ada kebebasan menggunakan engine lain seperti Blink atau Gecko.

10. Kelebihan Pendekatan Campuran Apple

Meski tampak restriktif, model campuran Safari justru memiliki beberapa kelebihan.

10.1 Stabilitas dan Efisiensi Energi

Safari dikenal sebagai browser paling efisien di MacBook dan iPhone. Integrasi erat antara perangkat keras dan perangkat lunak membuat konsumsi daya lebih hemat dibanding Chrome.

10.2 Keamanan dan Privasi

Apple terus memperkuat fitur privasi seperti Intelligent Tracking Prevention (ITP) dan Fingerprint Defense, melindungi pengguna dari pelacakan iklan lintas situs.

11. Kritik terhadap Model Close Source Safari

Meski efisien, pendekatan tertutup Apple tidak luput dari kritik.

11.1 Terlalu Ketat untuk Pengembang

Banyak pengembang menilai kebijakan Apple membatasi inovasi di web karena tidak mengizinkan engine lain beroperasi penuh di iOS.

11.2 Transparansi Terbatas

Komunitas open source menilai kurangnya akses ke kode Safari menyulitkan audit keamanan independen.

12. Upaya Apple Menjadi Lebih Terbuka

Apple perlahan berusaha lebih transparan, terutama dalam proyek WebKit.

12.1 Kontribusi Apple di WebKit.org

Apple secara rutin memublikasikan pembaruan WebKit di situs WebKit.org, di mana komunitas pengembang bisa melaporkan bug atau mengusulkan patch.

12.2 Dukungan untuk Standar Web

Safari kini mendukung API baru seperti WebGPU, WebXR, dan WebAssembly, menunjukkan komitmen Apple mengikuti perkembangan web modern secara terbuka.

13. Masa Depan Safari: Tetap Close Source atau Lebih Terbuka?

Ke depan, Safari kemungkinan besar akan tetap menggunakan model hybrid.

13.1 Alasan Bisnis

Apple mendapat keuntungan kompetitif dengan menjaga Safari tetap eksklusif di ekosistemnya, terutama untuk layanan seperti Apple Pay, Face ID, dan iCloud Sync.

13.2 Kemungkinan Akses Lebih Luas

Namun, tekanan regulasi seperti Digital Markets Act (DMA) di Eropa bisa memaksa Apple membuka sebagian arsitektur Safari agar lebih kompatibel dengan pihak ketiga.

14. Kesimpulan: Safari Tidak Sepenuhnya Close Source

Safari tidak sepenuhnya open source, tetapi juga tidak sepenuhnya close source.

  • ➡️ Komponen utamanya, WebKit dan JavaScriptCore, bersifat open source.
  • ➡️ Namun, antarmuka, sinkronisasi, dan integrasi Apple tetap proprietary.

Pendekatan ini mencerminkan filosofi Apple: menggabungkan teknologi terbuka dengan kontrol penuh demi menjaga keamanan, efisiensi, dan pengalaman pengguna yang konsisten.

15. FAQ Singkat tentang Safari dan Open Source

1. Apakah Safari open source?
Tidak sepenuhnya. Mesin WebKit open source, tetapi aplikasi Safari secara keseluruhan bersifat close source.

2. Di mana kode sumber WebKit bisa diakses?
Anda bisa mengunjungi WebKit.org untuk mengunduh dan mempelajari kode sumber resminya.

3. Apakah browser lain boleh memakai WebKit?
Ya. Banyak browser, termasuk yang di Linux dan Android, pernah memakai WebKit sebagai mesin render sebelum beralih ke Blink.

4. Apakah Apple akan membuka Safari sepenuhnya?
Kemungkinan kecil dalam waktu dekat. Namun Apple mungkin memberi akses API tambahan jika peraturan global memaksa transparansi lebih besar.

Sekian dulu, Terima Kasih dan Semoga Bermanfaat!.