Steam Machine 2025: Apakah Masih Relevan di Era PC Gaming & Console Modern?
Admin 15.11.25
Di awal 2010-an, Steam Machine sempat digadang-gadang sebagai “konsol PC” masa depan. Antusiasme tinggi, banyak yang berharap ia bisa menjadi jembatan antara kebebasan PC dan kenyamanan konsol. Namun beberapa tahun kemudian, proyek ini meredup, penjualan sepi, dan pelan-pelan menghilang dari radar gamer.
Memasuki 2025, situasinya justru kembali menarik. Valve makin agresif dengan ekosistem SteamOS, sukses besar lewat Steam Deck, dan kini resmi mengumumkan generasi baru konsol ruang tamu berbasis SteamOS dengan jadwal rilis global awal 2026. Di saat yang sama, pasar PC & console gaming sudah jauh lebih padat: ada konsol generasi baru, handheld gaming PC, hingga PC rakitan yang makin terjangkau.
Pertanyaannya: di tengah ekosistem gaming modern seperti ini, apakah Steam Machine 2025 masih relevan, terutama bagi gamer Indonesia? Mari kita bahas pelan-pelan.
Apa Itu Steam Machine?
Secara sederhana, Steam Machine adalah sebuah PC mini (small form factor) yang dirancang khusus untuk gaming, menjalankan SteamOS, dan dipakai di ruang tamu layaknya konsol. Jadi bukan sekadar PC biasa yang diletakkan di bawah TV, tapi perangkat yang memang diposisikan sebagai “konsol Steam”.
Valve menggandeng berbagai vendor hardware untuk memproduksi generasi pertama, sementara mereka sendiri fokus mengembangkan SteamOS, Steam Controller, dan ekosistem software-nya.
Berbeda dengan PC gaming tradisional yang serba fleksibel dan bisa diutak-atik sesuka hati, perangkat ini lebih menekankan pengalaman “plug and play”: colok ke TV, login akun Steam, ambil controller, dan langsung bermain.
1. Konsep Dasar Steam Machine
Secara konsep, produk ini mencoba menggabungkan dua dunia:
“Kebebasan PC”
Akses ke ribuan game di Steam, dukungan mod, dan fitur komunitas.
“Kenyamanan konsol”
Interface sederhana, fokus ke controller, dan orientasi layar TV/ruang tamu.
Beberapa prinsip desain utamanya:
- Menggunakan komponen PC (CPU, GPU, RAM standar desktop).
- Sistem operasi SteamOS berbasis Linux dengan antarmuka khusus TV.
- Dioptimalkan untuk Steam Controller, sehingga gamer bisa main dari sofa tanpa keyboard dan mouse.
Tujuan akhirnya jelas: membuat akses ke library Steam jadi semudah menyalakan konsol tanpa pusing soal driver, launcher lain, dan konfigurasi rumit.
Sejarah Singkat Steam Machine: Dari Hype sampai Discontinued
Valve pertama kali mengumumkan inisiatif ini sekitar 2013–2014, dan berbagai model mulai muncul di pasar sekitar 2015. Saat itu, banyak media menyebutnya sebagai langkah besar Valve untuk masuk ke ruang tamu dan menantang konsol tradisional.
Sayangnya, perjalanan generasi pertama tidak mulus.
Beberapa masalah muncul:
- Ekosistem game Linux belum matang.
- Harga perangkat cenderung tinggi dibanding PC rakitan dengan performa sekelas.
- Branding dan strategi distribusi kurang jelas di banyak negara, termasuk Indonesia.
Pada akhirnya, penjualan tidak sesuai ekspektasi dan proyek generasi pertama praktis dihentikan. Namun, itu bukan akhir cerita dari ide “PC rasa konsol” milik Valve.
1. Kronologi Peluncuran & Kerja Sama Vendor
Secara garis besar, langkah awal platform ini bisa dirangkum seperti ini:
- Valve merilis SteamOS generasi awal sebagai sistem operasi khusus gaming.
- Vendor seperti Alienware, Zotac, dan beberapa brand lain menghadirkan berbagai model dengan spesifikasi dan harga yang beragam.
- Valve merilis Steam Controller sebagai kontroler utama untuk mengendalikan antarmuka Steam di TV tanpa mouse dan keyboard.
Di atas kertas, kombinasi ini menarik. Namun di lapangan, gamer PC tetap nyaman dengan Windows, sementara gamer konsol belum benar-benar “tertarik pindah” ke solusi hibrida yang belum terbukti.
Spesifikasi & Fitur Utama Steam Machine di Masanya
Secara spesifikasi, generasi awal sebenarnya tidak buruk untuk standar zamannya. Beberapa konfigurasi menawarkan:
- Prosesor Intel Core i3, i5, hingga i7.
- GPU kelas menengah hingga tinggi dari NVIDIA seri GTX pada masa itu.
- RAM mulai dari 8 GB, dengan opsi 16 GB untuk model lebih mahal.
- Storage HDD atau SSD, tergantung model dan harga.
Fokusnya bukan hanya pada angka di kertas spesifikasi, tetapi pada bagaimana kombinasi hardware dan software ini dikurasi untuk gaming di ruang tamu.
1. SteamOS, Big Picture Mode, dan Kontroler Steam
Tiga komponen penting yang menjadi pondasi pengalaman:
a) SteamOS
Sistem operasi berbasis Linux yang dioptimalkan untuk menjalankan Steam dan game. Antarmukanya dibuat sederhana, nyaman dipakai di layar besar, dan diorientasikan untuk navigasi dengan controller.
b) Big Picture Mode
Mode khusus di Steam yang menghadirkan UI ala konsol: menu besar, tulisan jelas, navigasi dengan joystick. Di perangkat ruang tamu ini, Big Picture Mode menjadi “wajah” utama pengalaman pengguna.
c) Steam Controller
Kontroler dengan desain unik yang mengusung trackpad haptic sebagai pengganti touchpad/analog tradisional, supaya game berbasis mouse-keyboard bisa tetap nyaman dimainkan dari sofa.
Meski generasi pertama secara komersial kurang sukses, teknologi di belakangnya kemudian berkembang menjadi fondasi untuk Steam Deck, SteamOS versi terbaru, dan sekarang rencana konsol ruang tamu generasi baru dari Valve.
Ekosistem Gaming 2025: PC Rakitan, Konsol, dan Handheld
Untuk menilai relevansi di 2025, kita perlu melihat dulu kondisi pasar game saat ini.
Secara global:
- Pendapatan dari PC + konsol gaming bernilai puluhan miliar dolar setiap tahun.
- Konsol generasi terbaru masih sangat kuat, dengan ekosistem eksklusif dan layanan subscription.
- Di sisi lain, PC tetap menjadi rumah bagi gamer kompetitif, modder, dan komunitas e-sports.
Yang membuat 2025 unik adalah kehadiran kelas perangkat baru:
- Handheld gaming PC (Steam Deck, ROG Ally, Legion Go, dan generasi lanjutannya).
- Mini PC yang makin bertenaga namun tetap hemat daya dan compact.
- Ekosistem software yang makin matang, termasuk dukungan Linux dan SteamOS di berbagai perangkat.
1. Posisi Valve di Era Steam Deck & PC Handheld
Valve tidak berhenti di eksperimen awal. Mereka:
- Sukses besar dengan Steam Deck, handheld PC yang bisa menjalankan library Steam secara mobile maupun docked ke TV.
- Mengembangkan SteamOS 3.x yang lebih matang, dengan compatibility layer untuk menjalankan banyak game Windows di Linux.
- Mulai memperluas branding “Powered by SteamOS” ke perangkat pihak ketiga, sehingga sistem operasi ini tidak lagi eksklusif milik satu hardware saja.
- Kini, di akhir 2025, Valve kembali mengumumkan konsol ruang tamu baru berbasis SteamOS dengan target rilis awal 2026 sebagai bagian dari keluarga hardware resmi.
Dengan kata lain, ide PC rasa konsol bukan lagi eksperimen yang berdiri sendiri, tetapi bagian dari “keluarga hardware SteamOS” yang lebih luas.
Analisis: Apakah Steam Machine Masih Relevan di 2025?
Di 2025, istilah “Steam Machine” bisa dinilai relevan dalam dua lapis makna:
1. Sebagai konsep
Yaitu gagasan PC bergaya konsol, khusus untuk ruang tamu, berbasis SteamOS dan dipakai dengan controller.
2. Sebagai produk nyata
Yaitu konsol ruang tamu generasi baru yang baru saja diumumkan Valve, dengan target rilis awal 2026 sebagai perangkat resmi untuk TV.
Perangkat ini menjadi menarik lagi karena:
- Ekosistem SteamOS sudah jauh lebih mapan.
- Compatibility layer dan dukungan game jauh lebih luas dibanding satu dekade lalu.
- Valve sudah punya pengalaman nyata dari kesuksesan Steam Deck.
Namun, relevansi untuk gamer Indonesia tetap bergantung pada beberapa faktor klasik: harga, ketersediaan resmi, kualitas layanan purna jual, dan value dibanding PC rakitan.
1. Relevansi dari Sisi Gamer
Bagi gamer, konsol PC berbasis SteamOS ini akan terasa relevan jika:
- Kamu ingin pengalaman “nyalakan perangkat → langsung main”, tanpa ribet konfigurasi Windows atau driver.
- Library utamamu memang ada di Steam, bukan platform lain.
- Kamu suka konsep konsol ruang tamu yang terpisah dari PC kerja di kamar.
- Kamu tidak terlalu tertarik ngoprek hardware dan lebih senang perangkat yang sudah “fixed spec” tapi dioptimalkan.
Sebaliknya, kalau kamu tipe gamer yang hobi upgrade komponen dan butuh fleksibilitas penuh, PC rakitan kemungkinan besar tetap terasa lebih menarik.
Kelebihan & Kekurangan Steam Machine vs PC Gaming Biasa
Supaya lebih objektif, mari bandingkan langsung konsol berbasis SteamOS ini dengan PC gaming tradisional.
Dari sisi konsep:
Perangkat ruang tamu
Fokus ke pengalaman konsol: sederhana, rapi, dan minim oprek.
PC rakitan
Fokus ke fleksibilitas: bebas pilih komponen, bebas upgrade, dan bisa dipakai untuk banyak kebutuhan lain.
Dari sisi user experience:
- Solusi berbasis SteamOS menang di kemudahan penggunaan.
- PC rakitan menang di kebebasan konfigurasi dan fungsi non-gaming.
Di sinilah pentingnya memahami profil kebutuhan kamu sendiri sebelum memutuskan.
Di sisi lain, ada kelebihan dan kekurangan yang perlu dicatat.
Beberapa kelebihan utama konsol SteamOS untuk ruang tamu:
User experience mirip konsol tradisional
Colok ke TV, navigasi dengan controller, dan interface ala konsol yang ramah keluarga.
Integrasi penuh dengan Steam
Library, cloud save, komunitas, workshop, semua ada dalam satu ekosistem.
Optimasi software-hardware
Karena spesifikasi fixed, Valve bisa mengoptimalkan SteamOS dan update untuk hardware tersebut secara lebih terarah.
Sementara kelemahannya:
Fleksibilitas upgrade terbatas
Form factor kecil dan desain menyatu membuat upgrade hardware tidak sebebas PC rakitan.
Ketergantungan ke SteamOS
Walaupun banyak game Windows sudah bisa berjalan dengan baik, tetap ada judul-judul tertentu yang performanya belum ideal atau butuh tweak tambahan.
Harga vs performa
Tergantung harga resmi nanti, selalu ada kemungkinan PC rakitan dengan kombinasi komponen yang tepat bisa memberikan performa serupa atau lebih baik di kisaran budget yang sama, terutama di pasar Indonesia.
Alternatif Modern Pengganti Steam Machine di 2025
Kalau kamu tertarik dengan ide konsol PC ala Steam, tetapi masih ragu dengan produk yang akan datang, ada beberapa alternatif yang secara fungsi cukup mirip.
1. Mini PC + SteamOS atau Windows
- Beli mini PC dengan GPU diskrit atau iGPU yang cukup kuat.
- Pasang SteamOS (jika kompatibel) atau gunakan Windows dengan mode Big Picture di Steam.
- Hasil akhirnya: perangkat kecil di ruang tamu yang berfungsi sebagai “konsol Steam” rakitan sendiri.
2. Steam Deck dan handheld PC lain yang di-dock
- Steam Deck bisa dihubungkan ke TV/monitor melalui dock.
- Dengan controller tambahan, pengalamannya sangat mirip konsol, tapi tetap bisa dibawa bepergian ketika tidak di-dock.
3. Kombinasi PC utama + streaming lokal
- PC utama ada di kamar/ruang kerja.
- Di ruang tamu, gunakan perangkat kecil (mini PC, stick, atau TV box) yang hanya bertugas menerima streaming lewat Steam Link/Remote Play.
- Cocok kalau kamu sudah punya PC kuat dan hanya butuh cara nyaman untuk bermain di TV.
1. Rekomendasi Opsi untuk Gamer Indonesia
Secara realistis, untuk gamer Indonesia di 2025:
- PC rakitan mid-range masih menjadi pilihan paling fleksibel dan value-for-money.
- Jika kamu ingin nuansa konsol ala Steam:
- Pertimbangkan PC kecil berbasis mini-ITX, letakkan di ruang tamu.
- Aktifkan Big Picture Mode atau pasang SteamOS jika ingin nuansa lebih konsol.
Saat konsol resmi berbasis SteamOS generasi baru ini benar-benar masuk Indonesia dengan harga dan garansi yang jelas, perangkat tersebut bisa menjadi opsi menarik bagi:
- Pengguna yang ingin perangkat kedua khusus gaming di ruang tamu.
- Keluarga yang ingin konsol modern tapi tetap terhubung ke ekosistem Steam.
- Gamer yang lebih suka perangkat simpel, tidak mau repot urusan setting dan upgrade.
Kesimpulan
Steam Machine generasi awal mungkin gagal menembus pasar, tetapi ide dasarnya tidak pernah benar-benar mati. Konsep PC rasa konsol yang duduk manis di ruang tamu kini justru menemukan momentumnya kembali berkat SteamOS yang lebih matang, keberhasilan Steam Deck, serta munculnya berbagai handheld PC dan mini PC bertenaga.
Di 2025, relevansi perangkat seperti ini tidak bisa diukur hanya dari spesifikasi kertas, tetapi dari kenyamanan, ekosistem, dan seberapa cocok ia menjawab kebutuhan gamer modern. Bagi pemain yang mengutamakan kemudahan “nyalakan dan langsung main” di TV ruang keluarga, konsol berbasis SteamOS bisa menjadi solusi menarik, apalagi jika harga dan distribusinya masuk akal untuk pasar Indonesia.
Di sisi lain, PC rakitan tetap sulit digeser sebagai pilihan utama untuk mereka yang hobi upgrade, butuh fleksibilitas maksimal, dan ingin satu mesin untuk gaming sekaligus produktivitas. Pada akhirnya, Steam Machine 2025 dan penerusnya lebih tepat dipandang sebagai pelengkap ekosistem, bukan pengganti total PC tradisional. Tinggal kamu tentukan, apakah yang kamu cari adalah fleksibilitas tanpa batas, atau pengalaman konsol praktis yang terkunci rapi di ruang tamu.
FAQ Singkat
1. Apakah Steam Machine generasi lama masih layak dibeli bekas di 2025?
Secara performa, kebanyakan unit generasi pertama sudah tertinggal jauh dibanding PC mid-range masa kini. Kecuali kamu kolektor atau menemukan harga yang sangat murah, biasanya lebih masuk akal merakit PC baru dengan komponen modern agar dapat dukungan driver dan performa yang lebih relevan.
2. Apa bedanya Steam Machine dengan Steam Deck?
Perangkat ruang tamu berbasis SteamOS didesain sebagai konsol untuk TV, dengan fokus ke pengalaman “nyalakan dan main”. Sementara Steam Deck adalah handheld PC yang portabel, bisa dibawa ke mana-mana. Keduanya sama-sama terhubung ke Steam dan memanfaatkan ekosistem yang sama, tetapi bentuk perangkat dan skenario penggunaannya berbeda.
3. Kenapa Steam Machine generasi pertama gagal populer?
Ada beberapa faktor: ekosistem game Linux belum matang, harga kurang kompetitif dibanding PC rakitan, dan branding yang kurang jelas bagi gamer arus utama. Banyak gamer PC tetap bertahan di Windows, sementara gamer konsol belum merasa perlu pindah ke solusi hybrid yang masih baru.
4. Kapan perangkat baru berbasis SteamOS untuk ruang tamu akan tersedia?
Valve sudah mengumumkan konsol ruang tamu generasi baru berbasis SteamOS dengan target rilis awal 2026. Detail lengkap untuk tiap wilayah, termasuk Indonesia, biasanya akan menyusul mendekati tanggal peluncuran resmi dan akan sangat bergantung pada kerja sama distribusi lokal.
5. Jadi, apakah Steam Machine 2025 masih relevan untuk gamer Indonesia?
Sebagai ide dan ekosistem, konsep konsol PC berbasis SteamOS justru lebih relevan dibanding satu dekade lalu. SteamOS lebih matang, kompatibilitas game lebih luas, dan dukungan hardware lain sudah terbukti lewat Steam Deck. Namun sebagai produk, relevansinya di Indonesia akan sangat bergantung pada harga, ketersediaan resmi, kualitas garansi, dan perbandingan value dengan PC rakitan. Kalau semua faktor itu bersahabat, konsol generasi baru ini berpotensi menjadi pilihan menarik di ruang tamu gamer Tanah Air.
Sekian dulu, Terima Kasih dan Semoga Bermanfaat!.